SMANKE Adakan “Kudu Resik” di World Cleanup Day 2020
Kepala sekolah dan Bapak Ibu guru karyawan membersihkan lingkungan sekolah dengan tetap menjalankan protokol covid-19
Purbalingga--- Aksi baik berawal dari niat yang baik pula, menjadikan bumi bersih dari sampah merupakan tujuan mulia yang harus diawali dari niat dan direalisasikan dengan aksi nyata. Tidak perlu waktu lama untuk menjadikan lingkungan hidup kita nyaman tanpa sampah, cukup diawali dengan hal kecil yang berarti besar. Apakah itu? membuang sampah pada tempatnya. Jika setiap orang memungut satu sampah setiap harinya dan membuang sampah tersebut pada tempatnya, niscaya tidak banyak permasalahan lingkungan yang ada di masyarakat.
Sejalan dengan misi tersebut, Yayasan Yes Do It World (LDIW) menjadikan tanggal 21 September sebagai hari bersih-bersih dunia atau yang lebih dikenal dengan World Cleanup Day (WCD). Kegiatan tersebut merupakan gerakan sosial terbesar di dunia yang menggerakan masyarakat di berbagai negara untuk membersihkan planet bumi. Berawal pada pada tahun 2008 di Republik Estonia, Eropa Utara; dan berhasil mengumpulkan 50.000 orang untuk membersihkan seluruh negara dalam waktu lima jam. Melihat kesuksesan ini, pada tahun 2011 Yayasan LDIW didirikan untuk menyebarkan dan menerapkan pola kegiatan bersih-bersih di suatu negara dalam satu hari, yang serentak dilakukan di seluruh dunia dan diikuti oleh 157 Negara.
Namun demikian, di Indonesia gerakan tersebut belum banyak dikenal bahkan dilaksanakan oleh masyarakat. Indonesia baru aktif berkontribusi di WCD pada lima tahun belakangan ini yang diprakarsai oleh Lets Do It Indonesia (LDII), yang merupakan jaringan LDIW. LDII digerakan oleh 10 komunitas dengan 14 juta relawan yang secara serentak melakukan kegiatan aksi bersih-bersih di 34 provinsi di Indonesia. Kabar baiknya, pada tahun 2018, Indonesia menjadi negara dengan relawan terbesar yang ikut berkontribusi dalam gerakan WCD.
Pada Jumat (18/09), SMA N 1 Kejobong (SMANKE) tak mau kalah dan ikut andil dalam menyukseskan gerakan WCD tahun 2020. Sekolah yang pernah meraih prestasi sebagai Sekolah Sehat Nasional dan Sekolah Adiwiyata 2015 tersebut, mengadakan kegiatan bersih-bersih dengan mengusung tema “ Kudu Resik”. Bambang Yuniarto, S.Pd., M.M. selaku Kepala SMA Negeri 1 Kejobong menyampaikan bahwa setiap guru dan karyawan dikerahkan untuk kerja bakti membersihkan sampah di lingkungan sekolah. Hal ini dilakukan agar tidak ada tumpukan sampah yang mengganggu pemandangan dan menimbulkan bau tidak sedap. Selain itu, tumpukan sampah dapat digunakan sebagai sarang kuman dan nyamuk yang dapat menyebabkan penyakit seperti demam berdarah. Selain bersih lingkungan, warga sekolah pun melakukan penanaman 10 pohon durian, 14 tambulampot alpukat, apotik hidup, bunga celosia dan penyiraman pohon bambu di belakang tempat parkir mobil untuk menjadikan lingkungan sekolah lebih hijau, indah, asri dan benar-benar “Resik”.
SMANKE sebagai Sekolah Adiwiyata sebenarnya sudah melakukan berbagai program kegiatan rutin untuk membersihkan lingkungan, seperti jumat bersih yang dilakukan setiap minggunya. Selain itu, sampah-sampah yang ada di sekolah pun dimanfaatkan baik sampah organik maupun anorganik dengan adanya bank sampah. Sampah organik dijadikan kompos untuk pupuk tanaman dan sampah anorganik dimanfaatkan untuk dijadikan produk kriya yang memiliki daya guna, nilai estetik, dan ekonomis. Sampah-sampah yang ada di sekolah pun dijadikan inspirasi penelitian oleh siswa, sebagai contoh penelitian mengenai bahan bakar minyak dari sampah plastik. Oleh karena itu, dengan adanya WCD tersebut meambah semangat warga SMANKE untuk terus berkontribusi dalam melestarikan lingkungan hidup. Harapan selanjutnya dengan adanya WCD, warga sekolah dapat melakukan bersih-bersih setiap harinya untuk membersihkan lingkungan sekolah dan lingkungan tempat tinggalnya, sehingga kegiatan ini bukan sekedar seremonial belaka, akan tetapi sebagai awal untuk aksi baik yang bisa diterapkan secara kontinyu dimana pun kapan pun kita berada.
komentar